Jumat, 29 Oktober 2010

Studentsite

Siang yang panas~
kali ini saya ingin sedikit mengupas tentang fasilitas Studentsite yang ada di Universitas Gunadarma.
Universitas Gunadarma memiliki fasilitas studentsite yang berfungsi untuk mempermudah perkuliahan mahasiswa/mahasiswi Gunadarma, di samping itu banyak sekali fasilitas-fasilitas yang ditawarkan di dalam studentsite, seperti :

-Jadwal Perkuliahan
-Lowongan Kerja
-Informasi Seminar
-Informasi V-class
-dan masih banyak lagi

banyak yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa Universitas Gunadarma dalam studentsite ini, student site juga memiliki banyak keunggulan, disamping akses yang mudah dan penggunaan yang tidak terlalu sulit. Maka dari itu sangatlah beruntung bagi anda semua yang telah bergabung dengan Universitas Gunadarma, dan telah menggunakan fasilitas Studentsite.
:D

Kualitas Pendidikan Indonesia

Saat ini pendidikan di Indonesia dapat dikatakan sangat jauh dari kualitas yang baik, mengapa? karena masih kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya pendidikan itu sendiri, juga keterbatasan dana pada setiap individu. Pendidikan di Indonesia amatlah sangat membutuhkan SDM yang mencukupi juga biaya dan lainnya, oleh karena itu kondisi ini sangatlah memprihatinkan. Seperti yang telah saya kutip dari suatu sumber yang menyatakan bahwa pendidikan di Indonesia merosot, berikut hasil kutipan yang telah saya kutip. "SAMARINDA – Komisi IV DPRD Kaltim meminta Dinas Pendidikan (Disdik) Kaltim melakukan evaluasi secara menyeluruh terkait jebloknya hasil Ujian Nasional (UN) 2010. Pasalnya Kaltim terbilang paling tinggi untuk kategori sekolah yang tidak lulus UN 100 persen.

"Jumlah siswa yang tidak lulus di Kaltim masuk ranking teratas secara nasional. Menurut Menteri Pendidikan, Kaltim disorot karena masuk provinsi tertinggi angka yang tidak lulus. Ini saya minta ke Diknas untuk segera dievaluasi," kata Syaparudin, anggota Komisi IV DPRD Kaltim, Minggu (2/5).

Ia mengatakan, siswa yang tidak lulus UN selain di Samarinda, Penajam Pasir Utara, Tana Tidung dan beberapa daerah kabupaten/kota mencapai 40-60 persen. Di Samarinda, lanjut dia, siswa yang tidak lulus UN sebanyak 2.193 orang murid. "Ini sangat memprihatinkan dunia pendidikan kita terutama di Samarinda. Padahal sudah diberikan anggaran yang besar," cetus Syaparudin.

Melihat kenyataan dunia pendidikan di Kaltim yang merosot dari segi kualitas, Syaparudin berkeinginan untuk mengevaluasi sistem penerapan pendidikan di Kaltim. "Tentu harus dievaluasi dari segi inputnya, anggaran, kurikulum dan pendidiknya. Kenapa bisa banyak siswa yang tidak lulus? Artinya ini merosot tidak sesuai dengan harapan," tegasnya.

Menurutnya, indikator hasil UN yang tidak maksimal perlu ditelaah dari berbagai perspektif. Misalnya, jika dibandingkan dengan pulau Jawa, sistem pendidikan sudah cukup merata dibanding di daerah-daerah di luar pulau Jawa. Sementara di Kaltim, masih dianggap kurang didukung dengan sarana dan prasarana.

"Tetapi bukan berarti kita harus menghentikan alokasi pendidikan yang 20 persen. Untuk Kaltim saja anggaran pendidikan sudah mencapai 20 persen sekitar 800 miliar lebih. Artinya, tetap kita dorong untuk lebih maju. Mungkin saja kendalanya jarak atau sarana dan prasarana belajar atau sarana penunjang kualitas pendidikan di Kaltim belum maksimal," ungkap Syaparudin, sekretaris F-PPP.

Meski masih ada UN putaran kedua, tambah Syaparudin, UN tahap II akan digelar pada 10-14 Mei 2010 mendatang. "Sebelum ujian nasional yang kedua berlangsung, saya minta melalui Ketua Komisi untuk memanggil Diknas untuk menjelaskan masalah kemerosotan kualitas murid di Kaltim. Apakah UN ini harus dihentikan kita kembali gunakan model yang lama?," tambahnya.(bud/tribunkaltim.co.id/03/05/2010)."

dapat kita lihat, dari kutipan di atas, banyak siswa yang tidak lulus saat UN (Ujian Nasional), dapat ditinjau, sangatlah rendah pengetahuan siswa siswi di indonesia, maka daripada itu, apakah kualitas pendidikan di Indonesia sudah dapat dikategorikan dalam pendidikan yang layak?

Sekilas Tentang Ruwatan Adat Jawa

Adat Jawa yang selalu dilakukan masyarakat khususnya menjelang bulan suci Ramadhan adalah ruwahan. Istilah Ruwahan ini sendiri mengambil dari bulan dalam kalender jawa yang berada persis sebelum bulan Ramadhan tiba.
Ritual Tradisi
Dikatakan sebagai adat Jawa, sebab ritual Ruwahan itu sendiri memang tidak pernah dikenal dan diajarkan dalam agama Islam. Namun menjadi identik dengan agama Islam sebab pelaksanaan ruwahan dikaitkan dengan persiapan untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.
Ritual yang dilakukan dalam tradisi Ruwahan ini adalah dengan menggelar do’a bagi arwah leluhur yang sudah meninggal. Proses pembacaan do’a ini biasanya dilakukan di pemakaman yang menjadi peristirahatan terakhir para leluhur. Tidak ada tanggal pasti kapan pelaksanaan Ruwahan ini harus dilakukan. Yang penting, dilakukan dalam masa penanggalan bulan Ruwah dalam kalender Jawa atau bulan Sya’ban dalam kalender Islam.
Tradisi ruwahan sendiri pada dasarnya merupakan sebuah tradisi peninggalan dari agama Hindu. Di mana agama ini merupakan agama mayoritas penduduk Jawa sebelum kedatangan Islam. Sehingga ruwahan bisa dikatakan sebagai akuluturasi budaya agama, dan berfungsi sebagai kearifan lokal. Di mana dalam kearifan lokal ini, tradisi lama masih berlangsung hanya isi dari tradisi tersebut sudah dirubah sesuai dengan budaya baru yang masuk belakangan.
Ini merupakan salah satu wujud untuk mengurangi gesekan-gesekan atas masuknya budaya baru tanpa harus menimbulkan dampak negatif pada budaya lama yang hilang.
Pertentangan
Ada yang menyebut tradisi ini sebagai bid’ah atau penyimpangan. Sebab, dalam ajaran Islam memang tidak diajarkan untuk melaksanakan acara atau ritual semacam ini saat menyambut Ramadhan. Namun sebagian orang berpendapat bahwa tidak ada yang salah dalam tradisi ini, karena ruwahan dianggap sebagai adat jawa. Yang terpenting adalah niat baik untuk mendo’akan para leluhur.
Pada saat ini tradisi ruwahan juga sudah mulai ada perubahan. Jika pada jaman dahulu, tradisi ini dilakukan di pemakaman maka sekarang tidak selalu dilaksanakan di pemakaman. Selain karena terbatasnya area di pemakaman, juga terkait dengan masalah kepraktisan.
Sebab tak jarang leluhur yang hendak dido’akan tersebut makamnya terletak jauh dari rumah. Sehingga saat ini banyak pula orang yang melaksankan tradisi ruwahan dengan melakukannya di rumah saja. Hingga saat ini masih banyak ornag yang menjalankan ruwahan sebagai bagian dari adat Jawa.

Perkembangan Kebudayaan Indonesia

Secara garis besar kebudayaan Indonesia dapat kita klasifikasikan dalam dua kelompok besar. Yaitu Kebudayaan Indonesia Klasik dan Kebudayaan Indonesia Modern. Para ahli kebudayaan telah mengkaji dengan sangat cermat akan kebudayaan klasik ini. Mereka memulai dengan pengkajian kebudayaan yang telah ditelurkan oleh kerajaan-kerajaan di Indonesia. Sebagai layaknya seorang pengkaji yang obyektif, mereka mengkaji dengan tanpa melihat dimensi-dimensi yang ada dalam kerajaan tersebut. Mereka mempelajari semua dimensi tanpa ada yang dikesampingkan. Adapun dimensi yang sering ada adalah seperti agama, tarian, nyanyian, wayang kulit, lukisan, patung, seni ukir, dan hasil cipta lainnya.

Seorang pengamat memberikan argumennya tentang kebudayaan indonesia modern. Dia mengatakan bahwa kebudayaan Indonesia modern dimulai ketika bangsa Indonesia merdeka. Bentuk dari deklarasi ini menjadikan bangsa Indonesia tidak dalam kekangan dan tekanan. Dari sini bangsa Indonesia mampu menciptakan rasa dan karsa yang lebih sempurna.

Kebudayaan Indonesia yang multikultur seperti itu, ketika dikaji dari sisi dimensi waktu, dapat dibagi pula pengertiannya :

1.Pertama, kebudayaan (Indonesia) adalah kebudayaan yang sudah terbentuk. Definisi ini mengarah kepada pengertian bahwa kebudayaan Indonesia adalah keseluruhan pengetahuan yang tersosialisasi/internalisasi dari generasi-generasi sebelumnya, yang kemudian digunakan oleh umumnya masyarakat Indonesia sebagai pedoman hidup. Jika dilacak, kebudayaan ini terdokumentasi dalam artefak/atau teks. Melihat kebudayaan dari sisi ini, kita akan mudah terjebak kepada dua hal. Pertama, apa yang sudah ada itu diterima sebagai sesuatu yang sudah baik bahkan paripurna. Ungkapan seperti kebudayaan Jawa adalah kebudayaan yang adiluhung, merupakan contoh terbaiknya. Di sini, apa yang disebut kebudayaan adalah dokumen text (Jawa termasuk sastra-sastra lisan) yang harus dijadikan pedoman kalau kita tidak ingin kehilangan ke-jawa-annya. Ungkapan: “ora Jawa” atau “durung Jawa” adalah ungkapan untuk menilai laku (orang Jawa) yang sudah bergeser dari text tersebut.

2.Kedua, kebudayaan (Indonesia) adalah kebudayaan yang sedang membentuk. Pada definisi kedua ini menjelaskan adanya kesadaran bahwa sebetulnya, tidak pernah (baca: terlalu sedikit) ada masyarakat manapun di dunia ini yang tidak bersentuhan dengan kebudayaan dan peradaban lain, termasuk kebudayaan Indonesia atau kebudayaan Jawa. Hanya saja ada pertanyaan serius untuk memilih definisi kedua ini, yaitu bagaimana lalu kebudayaan kita berdiri tegak untuk mampu menyortir berbagai elemen kebudayaan asing yang cenderung capitalism yang notabene, dalam batas-batas tertentu, negative (baca: tidak cocok)? Pada saat yang sama, kebudayaan global yang kapitalistik itu, telah masuk ke berbagai relung-relung kehidupan masyarakat “tanpa” bisa dicegah. Kalau begitu, pertanyaannya ialah: membatasi, menolak, atau mengambil alih nilai-nilai positif yang ditawarkan. Persoalan seperti ini dulu sudah pernah menjadi perdebatan para ahli kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan oleh Armen Pane dkk versus Sutan Takdir Alisyahbana (Lihat pada buku Polemik Kebudayaan), dan sampai sekarang pun sikap kita tidak jelas juntrungnya.

3.Ketiga, adalah kebudayaan (Indonesia) adalah kebudayaan yang direncanakan untuk dibentuk. Ini adalah definisi yang futuristic, yang perlu hadir dan dihadirkan oleh warga bangsa yang menginginkan Indonesia ke depan HARUS LEBIH BAIK. Inilah yang seharusnya menjadi focus kajian serius bagi pemerhati Indonesia, wa bil khusus para mahasiswa dan dosen-dosen ilmu budaya.

Kondisi sosial budaya Indonesia saat ini adalah sebagai berikut :

1.Bahasa, sampai saat Indonesia masih konsisten dalam bahasa yaitu bahasa Indonesia. Sedangkan bahasa-bahasa daerah merupakan kekayaan plural yang dimiliki bangsa Indonesia sejak jaman nenek moyang kita. Bahasa asing (Inggris) belum terlihat popular dalam penggunaan sehari-hari, paling pada saat seminar, atau kegiatan ceramah formal diselingi denga bahasa Inggris sekedar untuk menyampaikan kepada audien kalau penceramah mengerti akan bahasa Inggris.

2.Sistem teknologi, perkembangan yang sangat menyolok adalah teknologi informatika. Dengan perkembangan teknologi ini tidak ada lagi batas waktu dan negara pada saat ini, apapun kejadiannya di satu negara dapat langsung dilihat di negara lain melalui televisi, internet atau sarana lain dalam bidang informatika.

3.Sistem mata pencarian hidup/ekonomi. Kondisi pereko-nomian Indonesia saat ini masih dalam situasi krisis, yang diakibatkan oleh tidak kuatnya fundamental ekonomi pada era orde baru. Kemajuan perekonomian pada waktu itu hanya merupakan fatamorgana, karena adanya utang jangka pendek dari investor asing yang menopang perekonomian Indonesia.

4.Organisasi Sosial. Bermunculannya organisasi sosial yang berkedok pada agama (FPI, JI, MMI, Organisasi Aliran Islam/Mahdi), Etnis (FBR, Laskar Melayu) dan Ras.

5.Sistem Pengetahuan. Dengan adanya LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) diharapkan perkembangan pengetahuan Indonesia akan terus berkembang sejalan dengan era globalisasi.

6.Religi. Munculnya aliran-aliran lain dari satu agama yang menurut pandangan umum bertentangan dengan agama aslinya. Misalnya : aliran Ahmadiyah, aliran yang berkembang di Sulawesi Tengah (Mahdi), NTB dan lain-lain.

7.Kesenian. Dominasi kesenian saat ini adalah seni suara dan seni akting (film, sinetron). Seni tari yang dulu hampir setiap hari dapat kita saksikan sekarang sudah mulai pudar, apalagi seni yang berbau kedaerahan. Kejayaan kembali wayang kulit pada tahun 1995 – 1996 yang dapat kita nikmati setiap malam minggu, sekarang sudah tidak ada lagi. Seni lawak model Srimulat sudah tergeser dengan model Extravagansa. Untuk kesenian nampaknya paling dinamis perkembangannya.

8.Sedang menghadapi suatu pergeseran-pergeseran atau \"Shirf\" budaya. Hal ini mungkin dapat difahami mengingat derasnya arus globalisasi yang membawa berbagai budaya baru serta ketidak mampuan kita dalam membendung serangan itu dan mempertahankan budaya dasar kita.

2.DAMPAK BAGI MASYARAKAT

Kebudayaan Indonesia adalah serangkaian gagasan dan pengetahuan yang telah diterima oleh masyarakat-masyarakat Indonesia (yang multietnis) itu sebagai pedoman bertingkahlaku dan menghasilkan produks-produk kebudayaan itu sendiri. Hanya persoalannya, ide-ide dan pengetahuan masyarakat-masyarakat Indonesia juga mengalami perubahan-perubahan, baik karena factor internal maupun eksternal.

Berikut dampak kebudayaan Indonesia bagi masyarakat, antara lain:

1.Pengaruh Positif dapat berupa :

1.Peningkatan dalam bidang sistem teknologi, Ilmu Pengetahuan, dan ekonomi.

2.Terjadinya pergeseran struktur kekuasaan dari otokrasi menjadi oligarki.

3.Mempercepat terwujudnya pemerintahan yang demokratis dan masyarakat madani dalam skala global.

4.Tidak mengurangi ruang gerak pemerintah dalam kebijakan ekonomi guna mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

5.Tidak berseberangan dengan desentralisasi.

6.Bukan penyebab krisis ekonomi.

2.Pengaruh Negatif berupa :

1.Menimbulkan perubahan dalam gaya hidup, yang mengarah kepada masyarakat yang konsumtif komersial. Masyarakat akan minder apabila tidak menggunakan pakaian yang bermerk (merk terkenal).

2.Terjadinya kesenjangan budaya. Dengan munculnya dua kecenderungan yang kontradiktif. Kelompok yang mempertahankan tradisi dan sejarah sebagai sesuatu yang sakral dan penting (romantisme tradisi). Dan kelompok ke dua, yang melihat tradisi sebagai produk masa lalu yang hanya layak disimpan dalam etalase sejarah untuk dikenang (dekonstruksi tradisi/disconecting of culture).

3.Sebagai sarana kompetisi yang menghancurkan. Proses globalisasi tidak hanya memperlemah posisi negara melainka juga akan mengakibatkan kompetisi yang saling menghancurkan.

4.Sebagai pembunuh pekerjaan. Sebagai akibat kemajuan teknologi dan pengurangan biaya per unit produksi, maka output mengalami peningkatan drastis sedangkan jumlah pekerjaan berkurang secara tajam.

5.Sebagai imperialisme budaya. Proses globalisasi membawa serta budaya barat, serta kecenderungan melecehkan nilai-nilai budaya tradisional.

6.Globalisasi merupakan kompor bagi munculnya gerakan-gerakan neo-nasionalis dan fundamentalis.. Proses globalisasi yang ganas telah melahirkan sedikit pemenang dan banyak pecundang, baik pada level individu, perusahaan maupun negara. Negara-negara yang harga dirinya diinjak-injak oleh negara-negara adi kuasa maka proses globalisasi yang merugikan ini merupakan atmosfer yang subur bagi tumbuhnya gerakan-gerakan populisme, nasionalisme dan fundamentalisme.

7.Malu menggunakan budaya asli Indonesia karena telah maraknya budaya asing yang berada di wilayah Indonesia.

Sekilas Tentang Keluarga Berencana

Tujuan utama pelaksanaan keluarga berencana dalam Repe- lita I adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan dan ke­sejahteraan ibu dan anak, keluarga serta masyarakat pada umumnya. Dengan berhasilnya pelaksanaan keluarga berencana berencana diharapkan angka kelahiran dapat diturunkan, sehingga tingkat kecepatan perkembangan penduduk tidak melebihi ke­mampuan kenaikan produksi. Dengan demikian taraf kehi-  dupan dan kesejahteraan rakyat diharapkan akan lebih me­ningkat.
Program keluarga berencana dilaksanakan atas dasar suka- rela serta tidak bertentangan dengan agama, kepercayaan dan moral Pancasila. Dengan demikian maka bimbingan, pendidik-   an serta pengarahan amat diperlukan agar masyarakat dengan kesadarannya sendiri dapat menghargai dan, menerima pola keluarga kecil sebagai salah satu langkah utama untuk me­ningkatkan kesejahteraan hidupnya. Oleh karena itu pelaksa-naan program keluarga berencana tidak hanya menyangkut masalah tehnis medis semata-mata, melainkan meliputi ber-  bagai segi penting lainnya dalam tata hidup dan kehidupan masyarakat.
Organisasi pelaksanaan keluarga berencana dalam Repelita I mengalami perkembangan-perkembangan. Kegiatan secara ter­organisir mulai dirintis dengan didirikannya Perkumpulan Ke­luarga berencana Indonesia (PKBI) pada tahun 1957. Akan    tetapi barulah sejak tahun 1968 dengan dibentuknya Lembaga keluarga berencana Nasional (LKBN), kegiatan keluarga
 berencana telah ditingkatkan menjadi suatu program nasio-  nal. Sesuai dengan perkembangan pelaksanaan keluarga be­rencana, dibutuhkan (penyempurnaan organisasi, sehingga dalam tahun 1970 LKBN telah dirubah menjadi Badan Koor­dinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Selanjutnya dalam Repelita I terus dilakukan usaha-usaha penyempurnaan organisasi BKKBN.
Untuk lebih mengembangkan pelaksanaan program keluarga berencana dalam Repelita I telah dimanfaatkan pula berbagai bantuan luar negeri yang serasi dengan pola kebijaksanaan nasional untuk program keluarga berencana.
Selama masa Repelita I pelaksanaan program keluarga be­rencana di pusatkan di daerah Jawa dan Bali. Di daerah- daerah tersebut terdapat situasi kepadatan penduduk yang relatif lebih kritis keadaannya dibandingkan dengan daerah­daerah lainnya di Indonesia. Walaupun demikian ternyata bahwa di beberapa daerah di luar Jawa dan Bali selama masa Repelita I telah dirintis pula usaha pelaksanaan keluarga be­rencana oleh pelbagai organisasi kemasyarakatan serta Peme­rintah Daerah yang bersangkutan.
Pelaksanaan program keluarga berencana dalam Repelita I terutama meliputi kegiatan penerangan dan motivasi, pelayanan medis, pendidikan dan latihan, pengembangan logistik, penca­tatan dan pelaporan serta penelitian dan penilaian kegiatan keluarga berencana.

Masalah Kependudukan di Indonesia

Setiap Negara mempunyai masalah di bidang kependudukan. Masalah kependudukan yang dihadapi suatu negara berbeda dengan negara yang dihadapi negara lain.


Sebagai negara yang sedang berkembang Indonesia memiliki masalah-masalah kependudukan yang cukup serius dan harus segera diatasi.
Masalah-masalah kependudukan di Indonesia yaitu:
1. Jumlah penduduk besar.
2. Pertumbuhan penduduk cepat.
3. Persebaran penduduk tidak merata.
4. Banyaknya pengangguran.

Jumlah penduduk yang banyak otomatis memerlukan lapangan pekerjaan yang banyak, sedangkan di Indonesia lapangan pekerjaan terbatas sehingga menimbulkan banyaknya pengangguran di mana-mana.
Untuk mengatasinya pemerintah harus bekerja sama dengan pihak swasta untuk menyediakan lapangan pekerjaan sehingga dapat mengurangi masalah pengangguran di Indonesia.